Minggu, 09 Juni 2013

BANK DKI 2011

SEJARAH SINGKAT BANK DKI
Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (BANK DKI) didirikan berdasarkan akte No. 30 tanggal 30 April 1961 yang dibuat di hadapan Eliza Pondang, berbentuk perseroan terbatas, PT Bank Pembangunan Daerah jakarta Raya. Landasan Hukum Pendirian Bank DKI adalah Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1955 tentang Pengawasan Lembaga Perkreditan dan ijin usaha dari Menteri Keuangan No. BUN 9-2-42 tanggal 11 April 1961.
Modal Dasar pada saat didirikan sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang terdiri dari 250 lembar saham. Pemegang saham pada waktu itu adalah Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebanyak 200 lembar saham dan 50 lembar saham dimiliki oleh PT. Asuransi Jiwa Bumi Poetra 1912, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Untuk menyesuaikan ketentuan Undang-Undang No. 13 tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang tersebut, maka diterbitkan Peraturan Daerah No.6 tahun 1978 tentang Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta. Dalam Peraturan Daerah tersebut modal dasar Bank DKI sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) berupa kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Untuk menyesuaikan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1993 tentang Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta dengan modal dasar sebesar Rp 300.000.000.000,00 (tigaratus milyar rupiah).
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam transaksi luar negeri, maka berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia Nomor 25/67/KEP/DIR tanggal 30 November 1992, Bank DKI resmi menjadi BANK DEVISA.
Sejalan dengan langkah kebijaksanaan Pemerintah RI untuk menyehatkan sistem perbankan nasional, maka usaha dalam rangka keikutsertaan Bank Pembangunan Daerah dalam Program Rekapitalisasi Perbankan, Bank DKI merubah bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 1999 dan Akte Pendirian Nomor 4 Tahun 1999 yang dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH. Dalam hal ini Modal dasar PT. Bank DKI ditingkatkan menjadi Rp 700.000.000.000,00 (tujuhratus milyar rupiah).
Dengan berubahnya status hukum dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT), maka berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI, PT. Bank DKI mengikuti Program Rekapitalisasi dengan melakukan Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah RI, Bank Indonesia dan PT. Bank DKI pada tanggal 7 Mei 1999. Dengan demikian maka modal disetor PT. Bank DKI semakin bertambah, dimana posisi Modal Disetor sampai dengan September 1999 adalah sebesar Rp 437.100.000.000,00 (empatratustigapuluhtujuh milyar seratus juta ripiah)
PT. Bank DKI didirikan dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Daerah di segala bidang serta salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 2011, merupakan tahun yang istimewa bagi Bank DKI, yang genap berusia ke 50 tahun. Sebuah usia yang menandakan kematangan, dalam berperan di kancah industry perbankan nasional dalam memberikan jasa dan layanan perbankan terbaik kepada masyarakat. Di tahun 2011, juga menjadi penanda bagi Bank DKI dengan tekad yang tegas untuk melakukan transformasi menjadi The Great Company & Center of Excellence, ditandai dengan peningkatan kinerja yang signifikan pada tahun 2011. Dengan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, perkenankan kami menyampaikan pokok-pokok pencapaian dan hasil usaha Bank DKI selama setahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Kondisi Makro Ekonomi dan Perbankan Tahun 2011
Pertumbuhan perekonomian Indonesia tumbuh dengan baik pada tahun 2011. Pencapaian ini patut diapresiasi mengingat kondisi ekonomi dunia yang melambat dan krisis global yang terjadi sebagai akibat dari meningkatnya risiko tekanan krisis utang di Amerika Serikat (AS) dan Eropa serta fluktuasi harga komoditas global diprediksi mengakibatkan revisi pertumbuhan ekonomi dunia.
Tekanan harga merupakan salah faktor kunci yang mempengaruhi inflasi selama dua hingga tiga tahun terakhir, oleh karena itu, tingkat inflasi yang hanya sebesar 3,79% dengan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 6,5% persen di tahun 2011 merupakan pencapaian yang baik. Pertumbuhan yang positif ini turut didukung investasi, ekspor, dan konsumsi masyarakat. Selain itu, dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi akan digerakkan oleh sektor industri pengolahan; sektor pertanian; dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa Negara di Eropa dan Amerika Serikat terbukti tidak memberikan hambatan pada perkembangan perekonomian Indonesia, dikarenakan Indonesia memiliki ekonomi domestik yang cukup bagus, pasar yang sangat luas dengan jumlah penduduk kurang lebih 240 juta jiwa serta daya beli yang semakin meningkat dengan pendapatan perkapita lebih dari USD 3.000. Faktor demografi Indonesia mendukung pesatnya pertumbuhan kredit perumahan karena didominasi oleh usia produktif sekitar 60%, peluang tersebut dicermati oleh sektor perbankan dengan baik. Selain itu industry perbankan juga melihat potensi akan masih luasnya sektor mikro dengan banyaknya usaha mikro yang masih belum mendapatkan akses pada layanan perbankan.
Ekonomi domestik yang cukup kuat dengan masifnya pembangunan sarana infrastruktur membuat Indonesia memiliki daya tahan dibanding negara-negara lain. Hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangan perbankan di Indonesia yang menunjukkan kinerja yang terus meningkat.
Dari sisi likuiditas, perbankan nasional berada pada level yang cukup baik ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terus meningkat. Pada tahun 2011 ini, LDR perbankan nasional mencapai sebesar 78,77% yang ditopang oleh pertumbuhan kredit perbankan nasional yang secara rata-rata tumbuh sebesar 23,35% dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan sebesar 20,72%.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) untuk rata-rata perbankan nasional tercatat sebesar 16,7% pada tahun 2011. Peningkatan Kinerja Bank DKI Kondusifnya perekonomian nasional secara makro, yang
mendorong pertumbuhan kinerja perbankan secara nasional, memberikan pijakan dasar yang baik bagi Bank DKI untuk mendorong pencapaian peningkatan kinerja di tahun 2011. Pertumbuhan laba tahun 2011 meningkat 71,02 % dibandingkan dengan tahun 2010. Selain itu Bank DKI berhasil meningkatkan perolehan dana pihak ketiga yang tumbuh 22,91% di tahun 2011 dengan komposisi yang terjaga dengan baik dan sehat. Peningkatan komposisi terbesarnya pada sumber dana murah, khususnya pada tabungan dan giro. Tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga Bank DKI, masih berada diatas pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan nasional yang berada dikisaran 19,07%.
Penyaluran kredit dan pembiayaan meningkat 28,96% yang berada diatas rata-rata pertumbuhan perbankan Indonesia yang berada dikisaran 24-25%.  Ekspansi kredit ini utamanya didorong oleh segmen usaha perbankan ritel dan mikro yang tumbuh 64,60%, serta didukung pertumbuhan perbankan konsumer yang tumbuh 20,44% dan komersial yang tumbuh 14,53%. Kinerja ini sejalan dengan strategi pertumbuhan kredit Bank DKI yang memfokuskan pada pengembangan bisnis perbankan ritel.
Perbaikan kualitas aset tercermin dari penurunan NPL gross dari sebesar 4,10% menjadi 3,12% dengan NPL Nett terjaga pada kisaran 2,5%.
Rasio-rasio keuangan lainnya juga menunjukan performa yang baik adalah peningkatan rasio ROA yang tumbuh dari 2,14% ditahun 2010 menjadi 2,32% ditahun 2011, dan rasio ROE yang tumbuh dari 18,34% di tahun 2010 menjadi 31,79% ditahun 2011 serta rasio LDR meningkat menjadi 73,03% pada tahun 2011 dari 70,09% di tahun 2010. Peningkatan performa tersebut juga didukung program efisiensi yang tepat guna dan tepat sasaran yang
dapat memaksimalkan efisiensi rasio BOPO pada akhir tahun 2011 menjadi 79,74% dari sebelumnya 87,96% ditahun 2010.
Peningkatan kinerja yang merata di seluruh segmen bisnis utama dan terjaganya rasio keuangan Bank DKI pada batas yang memadai yang menunjukkan bahwa fokus Bank DKI sejalan dengan rencana dan strategi bisnis yang telah ditetapkan. Sejalan dengan peningkatan kinerja pada aspek
keuangan, disepanjang tahun 2011, Bank DKI juga berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga yang kredibel dan independen atas berbagai bidang meliputireputasi perusahaan, kinerja keuangan, pelayanan, teknologi informasi, tata kelola perusahaan dan berbagai aspek lainnya.

                        ANNUAL REPORT BANK DKI 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar