SEJARAH SINGKAT BANK DKI
Bank Pembangunan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (BANK DKI) didirikan berdasarkan akte No. 30 tanggal 30
April 1961 yang dibuat di hadapan Eliza Pondang, berbentuk perseroan terbatas,
PT Bank Pembangunan Daerah jakarta Raya. Landasan Hukum Pendirian Bank DKI
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1955 tentang Pengawasan Lembaga
Perkreditan dan ijin usaha dari Menteri Keuangan No. BUN 9-2-42 tanggal 11 April
1961.
Modal Dasar pada saat
didirikan sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang
terdiri dari 250 lembar saham. Pemegang saham pada waktu itu adalah Pemerintah
Daerah DKI Jakarta sebanyak 200 lembar saham dan 50 lembar saham dimiliki oleh
PT. Asuransi Jiwa Bumi Poetra 1912, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp
2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Untuk menyesuaikan
ketentuan Undang-Undang No. 13 tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Bank Pembangunan Daerah dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang tersebut, maka
diterbitkan Peraturan Daerah No.6 tahun 1978 tentang Bank Pembangunan Daerah
DKI Jakarta. Dalam Peraturan Daerah tersebut modal dasar Bank DKI sebesar Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) berupa kekayaan Pemerintah Daerah yang
dipisahkan, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
Untuk menyesuaikan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka diterbitkan Peraturan
Daerah Nomor 1 tahun 1993 tentang Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta dengan
modal dasar sebesar Rp 300.000.000.000,00 (tigaratus milyar rupiah).
Dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam transaksi luar
negeri, maka berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia Nomor 25/67/KEP/DIR
tanggal 30 November 1992, Bank DKI resmi menjadi BANK DEVISA.
Sejalan dengan langkah
kebijaksanaan Pemerintah RI untuk menyehatkan sistem perbankan nasional, maka
usaha dalam rangka keikutsertaan Bank Pembangunan Daerah dalam Program
Rekapitalisasi Perbankan, Bank DKI merubah bentuk badan hukum dari Perusahaan
Daerah menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 1999 dan
Akte Pendirian Nomor 4 Tahun 1999 yang dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH.
Dalam hal ini Modal dasar PT. Bank DKI ditingkatkan menjadi Rp
700.000.000.000,00 (tujuhratus milyar rupiah).
Dengan berubahnya
status hukum dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT), maka
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan
Gubernur Bank Indonesia No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI, PT. Bank DKI
mengikuti Program Rekapitalisasi dengan melakukan Perjanjian Rekapitalisasi
antara Pemerintah RI, Bank Indonesia dan PT. Bank DKI pada tanggal 7 Mei 1999.
Dengan demikian maka modal disetor PT. Bank DKI semakin bertambah, dimana
posisi Modal Disetor sampai dengan September 1999 adalah sebesar Rp
437.100.000.000,00 (empatratustigapuluhtujuh milyar seratus juta ripiah)
PT. Bank DKI didirikan
dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian
dan pembangunan Daerah di segala bidang serta salah satu sumber pendapatan
daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 2011, merupakan tahun yang
istimewa bagi Bank DKI, yang genap berusia ke 50 tahun. Sebuah usia yang menandakan
kematangan, dalam berperan di kancah industry perbankan nasional dalam
memberikan jasa dan layanan perbankan terbaik kepada masyarakat. Di tahun 2011,
juga menjadi penanda bagi Bank DKI dengan tekad yang tegas untuk melakukan
transformasi menjadi The Great Company & Center of Excellence, ditandai
dengan peningkatan kinerja yang signifikan pada tahun 2011. Dengan segala puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, perkenankan kami menyampaikan pokok-pokok
pencapaian dan hasil usaha Bank DKI selama setahun yang berakhir pada 31
Desember 2011.
Kondisi
Makro Ekonomi dan Perbankan Tahun 2011
Pertumbuhan
perekonomian Indonesia tumbuh dengan baik
pada tahun 2011. Pencapaian ini patut diapresiasi mengingat kondisi ekonomi dunia yang melambat dan krisis global yang terjadi sebagai akibat
dari meningkatnya risiko tekanan
krisis utang di Amerika Serikat (AS) dan Eropa serta fluktuasi harga komoditas global diprediksi mengakibatkan revisi pertumbuhan ekonomi dunia.
Tekanan
harga merupakan salah faktor kunci yang
mempengaruhi inflasi selama dua hingga tiga tahun terakhir, oleh karena itu, tingkat inflasi yang
hanya sebesar 3,79% dengan
tingkat pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 6,5% persen di tahun 2011 merupakan pencapaian yang baik. Pertumbuhan yang positif
ini turut didukung investasi,
ekspor, dan konsumsi masyarakat. Selain itu, dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi akan digerakkan oleh sektor industri pengolahan; sektor
pertanian; dan sektor pengangkutan
dan komunikasi. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi di beberapa Negara di
Eropa dan Amerika Serikat terbukti tidak memberikan hambatan pada perkembangan perekonomian Indonesia, dikarenakan Indonesia memiliki
ekonomi domestik yang cukup
bagus, pasar yang sangat luas dengan jumlah penduduk kurang lebih 240 juta jiwa serta daya beli yang semakin meningkat dengan pendapatan perkapita
lebih dari USD 3.000. Faktor demografi Indonesia mendukung pesatnya pertumbuhan kredit perumahan karena
didominasi oleh usia produktif
sekitar 60%, peluang tersebut dicermati oleh sektor perbankan dengan baik.
Selain itu industry perbankan
juga melihat potensi akan masih luasnya sektor mikro dengan banyaknya usaha mikro yang masih belum mendapatkan
akses pada layanan perbankan.
Ekonomi
domestik yang cukup kuat dengan masifnya pembangunan sarana infrastruktur
membuat Indonesia memiliki daya tahan dibanding negara-negara lain. Hal ini berpengaruh
besar terhadap perkembangan perbankan di Indonesia yang menunjukkan kinerja
yang terus meningkat.
Dari
sisi likuiditas, perbankan nasional berada pada level yang cukup baik
ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terus meningkat.
Pada tahun 2011 ini, LDR perbankan nasional mencapai sebesar 78,77% yang
ditopang oleh pertumbuhan kredit perbankan nasional yang secara rata-rata tumbuh sebesar 23,35% dengan pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan sebesar 20,72%.
Dari
sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) untuk rata-rata perbankan nasional
tercatat sebesar 16,7% pada tahun 2011. Peningkatan
Kinerja Bank DKI Kondusifnya perekonomian nasional secara makro, yang
mendorong pertumbuhan kinerja
perbankan secara nasional, memberikan pijakan dasar yang baik bagi Bank DKI
untuk mendorong pencapaian peningkatan kinerja di tahun 2011. Pertumbuhan laba
tahun 2011 meningkat 71,02 % dibandingkan dengan tahun 2010. Selain itu Bank
DKI berhasil meningkatkan perolehan dana pihak ketiga yang tumbuh 22,91% di
tahun 2011 dengan komposisi yang terjaga dengan baik dan sehat. Peningkatan
komposisi terbesarnya pada sumber dana murah, khususnya pada tabungan dan giro.
Tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga Bank DKI, masih berada diatas pertumbuhan
dana pihak ketiga perbankan nasional yang berada dikisaran 19,07%.
Penyaluran
kredit dan pembiayaan meningkat 28,96% yang berada diatas rata-rata pertumbuhan
perbankan Indonesia yang berada dikisaran 24-25%. Ekspansi kredit ini utamanya didorong oleh
segmen usaha perbankan ritel dan mikro yang tumbuh 64,60%, serta didukung
pertumbuhan perbankan konsumer yang tumbuh 20,44% dan komersial yang tumbuh 14,53%.
Kinerja ini sejalan dengan strategi pertumbuhan kredit Bank DKI yang
memfokuskan pada pengembangan bisnis perbankan ritel.
Perbaikan kualitas aset tercermin
dari penurunan NPL gross dari sebesar 4,10% menjadi 3,12% dengan NPL
Nett terjaga pada kisaran 2,5%.
Rasio-rasio keuangan lainnya juga menunjukan
performa yang baik adalah peningkatan rasio ROA yang tumbuh dari 2,14%
ditahun 2010 menjadi 2,32% ditahun 2011, dan rasio ROE yang tumbuh dari
18,34% di tahun 2010 menjadi 31,79% ditahun 2011 serta rasio LDR meningkat
menjadi 73,03% pada tahun 2011 dari 70,09% di tahun 2010. Peningkatan
performa tersebut juga didukung program efisiensi yang tepat guna dan
tepat sasaran yang
dapat memaksimalkan efisiensi rasio
BOPO pada akhir tahun 2011 menjadi 79,74% dari sebelumnya 87,96% ditahun 2010.
Peningkatan
kinerja yang merata di seluruh segmen bisnis utama dan terjaganya rasio
keuangan Bank DKI pada batas yang memadai yang menunjukkan bahwa fokus Bank DKI
sejalan dengan rencana dan strategi bisnis yang telah ditetapkan. Sejalan
dengan peningkatan kinerja pada aspek
keuangan, disepanjang tahun 2011,
Bank DKI juga berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga yang
kredibel dan independen atas berbagai bidang meliputireputasi perusahaan,
kinerja keuangan, pelayanan, teknologi informasi, tata kelola perusahaan dan
berbagai aspek lainnya.
SUMBER : http://www.asbanda.com/bpd.php?id=9
ANNUAL REPORT BANK DKI 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar